Faktor-Faktor di Balik Lonjakan dan Penurunan Harga Bitcoin yang Membuat Kepala Pusing

Default

Bitcoin (BTC), sebagai pelopor dalam dunia cryptocurrency, memiliki sejarah harga yang sangat volatil. Dari awal yang sederhana pada tahun 2009 hingga puncak tertinggi pada tahun 2021, mata uang digital ini terus memikat dan membingungkan para investor.

Awalnya, pada tahun 2009, harga Bitcoin hampir tidak berharga. Namun, pada tanggal 17 Juli 2010, Bitcoin membuat debutnya dengan harga US$0,09 per koin. Dari sana, harga Bitcoin mengalami gelombang kenaikan dan penurunan yang signifikan.

Pada April 2011, harga Bitcoin melonjak tajam menjadi US$29,60, mencatatkan kenaikan sebesar 2.960 persen hanya dalam tiga bulan. Namun, kenaikan tersebut tidak berlangsung lama dan nilai Bitcoin jatuh menjadi US$2,05 pada tahun yang sama.

Tahun 2012 relatif tenang bagi Bitcoin, tetapi pada tahun 2013, harga Bitcoin naik dari US$13,28 menjadi US$1.237,55 sebelum mengalami penurunan yang tajam.

Tahun-tahun dari 2016 hingga 2020 melihat Bitcoin mendapatkan perhatian yang semakin besar. Pada akhir tahun 2016, harga Bitcoin telah melampaui angka US$900. Namun, tahun 2017 menjadi tahun yang menarik perhatian dunia ketika harga Bitcoin melonjak dari sekitar US$1.000 menjadi US$19.345,49 pada bulan Desember. Lonjakan harga yang tiba-tiba ini memicu minat besar dari investor, pemerintah, ekonom, dan ilmuwan.

Namun, harga Bitcoin bergerak mendatar pada tahun 2018 dan 2019 dengan sesekali ledakan aktivitas. Pada Juni 2019, harga Bitcoin singkatnya melebihi US$10.000 sebelum akhirnya berakhir di angka US$6.635,84.

Tahun 2020 membawa peristiwa tak terduga dengan pandemi COVID-19, yang menyebabkan lockdown dan kekhawatiran tentang ekonomi global. Bitcoin mendapat manfaat dari situasi ini dan memulai tahun dengan harga US$6.965,72. Pada November, harga Bitcoin mencapai angka US$19.157,16. Pada Desember, harganya mendekati angka US$29.000, menandai peningkatan yang luar biasa sepanjang tahun.

Namun, pada tahun 2021, Bitcoin menjadi pusat perhatian. Dalam waktu kurang dari sebulan, Bitcoin berhasil mencapai harga yang lebih tinggi dari sebelumnya, melampaui angka US$40.000 pada tanggal 7 Januari. Pada pertengahan April, harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru, melebihi US$60.000, bersamaan dengan pencatatan publik Coinbase. Kenaikan pesat ini didorong oleh minat institusional, dengan Bitcoin mencapai puncak US$63.558 pada tanggal 12 April.

Namun, volatilitas pasar kripto segera terlihat. Pada musim panas tahun 2021, Bitcoin kehilangan hampir 50 persen dari nilainya, jatuh menjadi US$29.796 pada tanggal 19 Juli. Pada bulan September, harga Bitcoin naik kembali menjadi US$52.693, namun kemudian mengalami penurunan signifikan. Pada tanggal 10 November 2021, Bitcoin mencapai rekor tertinggi sebesar US$68.789 sebelum ditutup pada angka US$64.995.

Ketika tahun 2021 berubah menjadi 2022, harga Bitcoin terus mengalami fluktuasi. Ketakutan tentang inflasi dan munculnya varian Omicron dari COVID-19 membuat para investor waspada. Harga Bitcoin perlahan-lahan turun, mencapai US$47.445 pada bulan Maret dan kemudian turun lagi menjadi US$28.305 pada tanggal 11 Mei. Pada tanggal 13 Juni, Bitcoin turun di bawah US$23.000 untuk pertama kalinya sejak Desember 2020. Pada akhir tahun 2022, Bitcoin kembali di bawah angka US$20.000, menandakan dimulainya "musim dingin kripto".

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Bitcoin

Harga Bitcoin dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sentimen investor, adopsi oleh masyarakat umum, peristiwa makroekonomi, dan dinamika penawaran dan permintaan. Dalam beberapa tahun terakhir, faktor-faktor berikut telah menjadi pemicu utama volatilitas harga Bitcoin:

  1. Minat Institusional: Lonjakan harga Bitcoin pada tahun 2020 dan awal tahun 2021 dipicu oleh minat besar dari institusi keuangan dan perusahaan besar. Langkah-langkah seperti investasi oleh perusahaan seperti Tesla dan pembukaan perdagangan berjangka Bitcoin oleh lembaga keuangan terkemuka meningkatkan ketertarikan terhadap aset digital ini.

  2. Situasi Makroekonomi: Peristiwa ekonomi global, seperti pandemi COVID-19 dan kebijakan stimulus pemerintah, memengaruhi harga Bitcoin. Ketika investor mencari alternatif investasi selama masa ketidakpastian ekonomi, Bitcoin sering dianggap sebagai "digital gold" yang dapat melindungi nilai aset mereka.

  3. Sentimen Pasar: Sentimen pasar yang berubah-ubah dapat memicu perubahan tiba-tiba dalam harga Bitcoin. Berita positif atau negatif, rumor, dan berbagai perkembangan terkait cryptocurrency dapat memiliki dampak signifikan.

  4. Peristiwa Teknis: Peristiwa seperti "halving" Bitcoin, yang mengurangi hadiah bagi penambang, dapat mempengaruhi penawaran dan permintaan Bitcoin. Hal ini bisa berdampak langsung pada harga.

  5. Aksi Tindakan Harga (Price Action): Terkadang, pergerakan harga Bitcoin dipicu oleh aksi jual beli besar-besaran oleh trader besar atau "whale" di pasar cryptocurrency. Ini dapat menyebabkan fluktuasi tajam dalam harga.

Meskipun harga Bitcoin terus mengalami volatilitas, ketahanannya dan kemampuannya untuk pulih dari kerugian menunjukkan daya tarik yang ab adi dalam dunia aset digital. Sebagai mata uang kripto pertama dan paling terkenal, Bitcoin tetap menjadi subjek perdebatan dan minat yang mendalam dari berbagai pihak di seluruh dunia.

Tautan berhasil disalinX
x

Keluar dari JalanTikus

Popup External Background JalanTikus

Apakah anda yakin untuk meninggalkan website JalanTikus?

Ya
Batal