Bangladesh telah memberikan pengakuan terhadap hak-hak perempuan transgender, yang dikenal sebagai Hijra, sejak tahun 2013, menganggap mereka sebagai gender ketiga dalam upaya menuju kesetaraan sosial. Momen penting ini baru-baru ini ditandai dengan pembukaan sebuah masjid khusus untuk komunitas Hijra dekat Mymensingh, di utara ibu kota Dhaka, Bangladesh.
Masjid tersebut terletak di tepi Sungai Brahmaputra dan dibangun di atas tanah sumbangan pemerintah setelah komunitas Hijra diusir dari masjid-masjid lainnya. Strukturnya sederhana, dengan satu ruangan gudang yang memiliki dinding dan atap seng, tetapi menjadi pusat komunitas yang penting bagi kelompok minoritas ini.
Upacara pembukaan masjid dipimpin oleh Joyita Tonu, seorang pemimpin komunitas Hijra berusia 28 tahun. Dia menekankan pentingnya menyediakan ruang yang bebas dari diskriminasi, memastikan bahwa Hijra dapat salat tanpa takut dicemooh.
Bagi banyak transgender di Bangladesh, masjid ini mewakili simbol baru rasa memiliki. Sonia, seorang anggota komunitas Hijra, menyatakan bahwa dia tidak pernah membayangkan bisa salat di masjid seumur hidupnya.
"Saya tidak pernah bermimpi bisa salat di masjid lagi seumur hidup saya. Orang-orang akan memberi tahu kami, mengapa Anda orang Hijra di sini di masjid? Anda harus berdoa di rumah. Jangan datang ke masjid," kata Sonia.
Maka dari itu, hadirnya masjid ini membuka kesempatan baru bagi mereka.
Meskipun begitu, peran masjid ini bukan hanya untuk memberikan tempat ibadah bagi Hijra, tetapi juga untuk memerangi prasangka di masyarakat. Imam Abdul Motaleb menekankan bahwa ajaran Islam mencakup semua orang, tanpa memandang gender atau identitas mereka.
"Kita semua adalah manusia. Mungkin ada yang laki-laki, ada yang perempuan, tapi semuanya manusia. Allah menurunkan Al-Quran kepada semua, jadi semua punya hak untuk berdoa agar, tidak ada yang bisa menolak," jelas Abdul.
Meski telah ada kemajuan dalam pengakuan Hijra di Bangladesh, mereka masih menghadapi tantangan besar. Mereka sering kali mengalami diskriminasi, kekerasan, dan kemiskinan, serta kurangnya hak-hak dasar seperti hak atas harta benda dan hak untuk menikah.
Meski demikian, kehadiran masjid ini merupakan langkah positif dalam memperjuangkan penerimaan dan kesetaraan bagi komunitas Hijra di Bangladesh.